Menulis Bersama Hujan

Degupan jatung ini bisa tiba-tiba terhenti, terdiam sesaat, tidak sedang ber-diastol ataupun sistol,
dan itu terjadi karena terpana menatap sosokmu..
Melihat dari kejauhan saja, sudah terjadi hal seperti ini, bagaimana jika kamu mendekat??
hufftt.. tak bisa ku bayangkan..
Hanya dengan menulis, aku dapat menerjemahkan diri tanpa harus bersembunyi..
Hanya dengan menulis, aku dapat memberontak tanpa harus mengeluarkan energi..
Hanya dengan menulis, aku dapat mengekspresikan berbagai rasa tanpa harus takut tersakiti..
Hanya dengan menulis, aku dapat menangis tanpa harus mengeluarkan air mata yang tercurah di pipi..
Hanya dengan menulis, aku dapat meluapkan emosi yang meletup-meletup tanpa harus ada bendungan perih di hati..
Yaaa,, hanya dengan menulis.. Menulis bersama Hujan!!!
Kamu mampu membuatku bagai awan gusar yang tak memahami cuaca,
haruskah ku cerah atau hujan harus ku turunkan saat ini juga??
Perasaan ini tidak pernah pasti, karena tak mengerti apa mau hati..
Ah,, aku benci menjadi galau seperti ini..
seharusnya,, aku tak perlu merasa risau nan galau apalagi hampir mati tertusuk pisau,,
karena sesungguhnya semua masalah yang sedang dihadapi ini hanyalah masalah kecil..
hMm,, kecuali.. –>
“masalah MASUK atau TIDAKNYA diri ini ke SURGA!!!” -galau pun harus bermakna-
Aku bagai penampakan, sedikit menyeramkan, mungkin hati ini mulai ditipu syaithan :(
aku ingin menunjukkan keberadaan tanpa harus ada ungkapan perasaan..
aku sama sekali tidak ingin diketahui,
sekedar berlalu seperti angin, berhembus dan menyapamu diam-diam..
Aku memang bukan si pemberani..
Aku hanya mampu bersembunyi di balik kata-kata,
di balik tulisan tempatku untuk mengagumimu tanpa ketahuan..
Bersama hujan, aku menulis jawaban-jawaban atas pertanyaan yang tidak pernah kamu tanyakan..
aku hanya awan yang merindu saat hujan jauh dan membisu saat hujan dekat,,
mengapa cinta sering melumpuhkan kata yang ada??
(katanya..)
Jika kita menyukai seseorang, jangan beritahu padanya!!
Cukuplah Mencintainya dalam Diam..
dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan..
jika benar cinta itu karana ALLAH maka biarlah ia mengalir mengikut aliran ALLAH,,
sebab hakikatnya   jika ia berhulu dari ALLAH maka ia pun akan berhilir kembali hanya kepada ALLAH.. :) #indah bukan??
meski tersakiti dan kini terbesit beberapa tanya tentang rasa di dalam dada,
ini semu ataukah nyata??
ini cerita kamu atau cerita kita??
haruskah berlalu atau akan jadi cinta??
Aku akan tetap menulis bersama hujan..
tentang kisah “cerita nyata kita, yang entah jadinya akan berlalu atau jadi cinta??”
karena yakin ALLAH tentu telah membuat cerita ini menjadi janji,
rindu harus tetap dilunasi dengan menyabarkan sanubari, meski yang namanya pertemuan itu tak pernah pasti..
tapi bukankah kepastian tidak pernah benar-benar terjadi??
setidaknya, kita tetap berusaha meraba waktu di antara jibunan jerami yang ditumpuk bersama sisa-sisa mimpi..
dan meski kisah ini belum terjawab secara pasti,
namun tetaplah harus disyukuri..
bersyukur karena kita masih berada di bawah langit yang sama,
kita masih berada di atas tanah yang serupa,
tetap bernafas dengan oksigen yang bersenyawa,
terlebih-lebih lagi, kita masih diberi hati untuk bertauhid pada Illah yang sama, ALLAH Ta’ala..

Mahabbah Fillah!! “Barangsiapa yang memberi karena ALLAH, menolak karena ALLAH, mencintai karena ALLAH, membenci karena ALLAH dan menikah karena ALLAH, maka telah sempurna imannya.” (HR. al-Hakim)

0 Response to "Menulis Bersama Hujan"

Posting Komentar